BURUNG-BURUNG itu terbang dan seorang anak ditinggalkan tanpa seorang Bapa. Perigi masih segar setelah air bah menyapunya. Sang Bapa sudah jauh melangkah membuat jejak kaki panjang dari tempat sang anak berdiri. Burung-burung masih berputar terbang mengikuti arah deru angin.
"Apa yang engkau cari,
Bapa?"
"Dunia ketika tempatmu
hanyalah seluas rahim seorang perempuan"
"Sungguh aku baru saja turun
dari sana, Bapa?
"Lantas mengapa engkau masih
menangis?"
Percakapan itu hanyalah setitik di
antara jarak yang kian melebar. Sang anak dan sang Bapa merasa kehilangan.
Mereka berdua beradu pandang. Tentang sahara yang terbentang di bawah cakrawala
yang kosong melompong. Matahari hanyalah setitik kecil dengan nyala yang
semakin gelap. Awan-awan pergi dikelana angin.
Namun lubang masih menganga di
antara keduanya. Terutama bagi sang Bapa, yang kehilangan jiwanya yang separuh.
Walaupun ia tak tahu betapa sakitnya tulang iga sang anak menahan rindu dari
ibunya. Air mata mengering dan angin menyapu kekosongan.
"Wahai Bapa, jika engkau telah
ketemu yang engkau cari, katakan kepadaku..."
Sang anak berujar dari dalam
kesepiannya. Sang Bapa telah jauh ke ufuk...jejaknya tersapu angin baru.
"...betapa riangnya hatimu,
apakah sanggup menukarnya dengan tubuhku!"
Sang Bapa di kejauhan menangkap
isyarat. Suatu firasat.
Ia bergumam dengan angin.
"Aku bersamanya, dan engkau
bersama nasibmu"
Padang sahara yang luas dan
cakrawala melengkung tanpa ada setitik pun menghalanginya.
Label: C E R M I N