---untuk Oma dan Lola

Mukjizat di hari Minggu

Hari Minggu Bapak berkebun
Mencangkul tanah harapan sampai
mentari terbang jauh ke angkasa
tidak ada mukjizat turun di tanah
tandus, tapi tidak bagi tangan
yang tak pupus mengangkat cangkul

Pukul sepuluh usai sudah
setelah sampah di tubuh dibakar api cinta
Pasca kaki-kaki di cuci air suci
untuk segera berangkat menjemput panggilan putra tuhan
Minggu ini Bapak juga mesti ke gereja
Menatap tanah di kebun akhirat

Tiba di bilik kamar setelah berganti baju, bapak berangkat
berjalan kaki dengan sepatu satu-satunya
ketika tangan menggenggam buku kecil
saat melewati kebun di atas bukit
tiba Bapak di depan pintu
dinaikinya tangga menuju mimbar
dibicarakannya air berubah anggur
dari mukjizat di tanah tandus

---

Tiada Surga di Perbatasan

Tuhan murung di hari minggu
ketika burung-burung pergi meninggalkan sangkarnya
Juga dua mukim di perbatasan
yang ditinggal pergi anak-anak
ketika sekolah Minggu kemudian dipaksa libur
setelah di hari jumat di atas mimbar
Tuhan yang lain murka
Tiada lagi burung-burung ababil
yang melempar batu di hari Minggu

---

Oma dan Pohon Natal

Di hari Minggu Oma tidak berangkat ke gereja
“ketong su tua,” ucap Oma
Tapi, Oma suka plesiran ke rumah kawan lama
mencari pohon natal tempat Tuhan turun dari
bukit menuju kendi-kendi anggur untuk
perjamuan di meja makan.  

“Oma suka jalan, naik becak,” bertemu kawan semasa muda
di sekolah dulu, mengajar murid-murid seperti
putra tuhan yang lahir dengan berbicara
laiknya orang tua, “saya adalah bukti…”

Sekarang, Oma menjadi bukti bakti di dalam hati
Tuhan yang memberi cawan tanpa pamrih
“Ingat pesan Oma, jujur dan sembahyang”
Sampai tua Tuhan pasti memberi berkat
Seperti kawan lama, selalu setia di rumah dengan
Pohon natal dari setahun lalu…

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda